CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 11 Desember 2012

Media Dan Komedi Slapstick

Media massa khususnya televisi memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap perkembangan informasi yang ada di masyarakat kita. Sebut saja mulai dari informasi politik, ekonomi, fashion, dan lain sebagainya. Hal ini karena media televisi merupakan media yang paling mudah diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengapa? Karena sebagian besar masyarakat memiliki televisi di rumah, bahkan beberapa memiliki lebih dari satu televisi di rumah. Selain itu di tempat-tempat umum seperti ruang tunggu rumah sakit, loby perusahaan, dan lain sebagainya juga disediakan fasilitas televisi.
Mengetahui dan mencerna informasi melalui televisi lebih mudah dibanding jika membaca Koran atau majalah. Ketika membaca Koran pembaca dituntut untuk membaca dengan runtut dan mencerna isi berita tersebut. Berbeda Koran/ majalah berbeda pula bahasa dalam memaparkan suatu berita/ informasi. Audiens cukup mendengarkan berita dan menonton ilustrasi yang ditayangkan untuk menangkap sebuah informasi. Perpaduan antara audio dan visual yang ada pada televisi tentu lebih menarik daripada membaca Koran. Belum lagi seseorang harus membeli Koran/ majalah agar bisa mengupdate informasi didalamnya, tentunya harus menyediakan budget tersendiri. Berbeda dengan televisi, biaya membayar listrik sudah menjadi satu dengan alat elektronik lain (lampu, kulkas, dan lain sebaginya) sehingga tidak dirasa berat.
Masyarakat juga bisa mengakses informasi secara online, namun tidak semua masyarakat Indonesia dapat menggunakan internet. Mulai dari terbatasnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan internet, ketersediaan atau kepemilikan sarana mengakses internet sampai pada biaya yang dibutuhkan untuk mengakses internet. Sehingga dipilihlah televisi sebagai sarana yang paling dapat dijangkau oleh masyarakat.
Televisi tidak hanya digunakan sebagai media untuk memperoleh informasi dan berita, tetapi juga sebagai sarana hiburan. Banyaknya jumlah stasiun tv menghadirkan beragam pilihan bagi pemirsanya. Spesialisasi stasiun tv menjadi ciri khas mereka dalam menggaet jumlah audiens. Seperti Global TV yang memiliki segmen anak muda, RCTI yang menonjol dengan sinetron dan infotainmentnya menyasar ibu-ibu, Metro TV dan TV One dengan tayangan berita lebih disukai kaum terpelajar. Dari berbagai tayangan yang disajikan, salah satu tayangan yang banyak diminati adalah tayangan bernuansa komedi, baik tayangan lawak murni maupun acara yang dipandu pelawak dengan gaya membwakan acara yang kocak.
Acara bernuansa komedi inilah yang menjadi primadona saat ini. Bagaimana tidak hampir setiap stasiun televisi menayangkan acara semacam ini. Namun konten dalam acara komedi ini seringkali dianggap kurang tepat, karena minim nilai edukasi dan sering melanggar norma kesopanan. Acara komedi saat ini terkesan monoton dengan ciri yang sama di setiap stasiun televisi. Seperti menghina kekurangan fisik lawan main, memukul dengan sterofoam, mendorong pemain sampai jatuh menabrak property lunak, memasukan benda yang bukan makanan ke mulut pemain lain, dan lain sebagainya.
Komedi ini disebut komedi slapstick, komedi yang terkenal pada tahun 1920an ini menyajikan guyonan yang bertolak belakang dengan pribadi bangsa kita. Sebagai bangsa yang menjunjung norma kesopanan, komedi slapstick tidak tepat jika ditayangkan di televisi tanah air. Komedi slapstick sebenarnya bukan merupakan budaya asli Indonesia. Dalam budaya Indonesia hiburan biasa disuguhkan dalam wayang, ludruk, tarian, dan lain sebagainya. Komedi slapstick tidak hanya sebatas dinikmati dalam acara televisi, namun juga diadopsi dalam kehidupan sehari-hari. Audiens cenderung menirukan/ mengcopy-paste apa yang disiarkan di media massa (baik itu fashion, tingkah laku, tutur kata, dan lain sebagainya). Ucapan-ucapan yang dianggap lucu namun sejatinya merendahkan martabat orang lain inilah yang dikhawatirkan akan merusak sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar