CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 18 Desember 2012

Aksi Candaan Yang Menuai Kritikan

KASUS

Belakangan ini publik seperti disuguhkan oleh berbagai kontroversi dalam komunikasi di media massa, khususnya pada media elektronik tayangan televisi. Tayangan yang saat ini mendominasi adalah tayangan komedi yang menyuguhkan candaan para talentnya yang mampu mengocok perut pemirsanya. Maraknya tayangan yang berbau komedi ini tidak hanya murni acara lawak saja, tetapi juga dalam acara talkshow dan acara musik yang dipandu oleh insan komedian. Sebut saja acara musik Dahsyat yang dipandu oleh Olga Syahputra, acara talkshow Bukan Empat Mata yang dipandu komedian  Tukul Arwana, acara talkshow Show Imah yang dipandu komedian Soimah, acara komedi OVJ, acara komedi Pesbukers, dan lain sebagainya. Acara komedi tersebut memang cukup menghibur jika dilihat dari perolehan rating yang tinggi, hal ini  menunjukan bahwa pangsa pasar yang saat ini sedang baik adalah adalah acara yang bernuansa komedi. Menyadari hal tersebut, pihak stasiun telivisi berlomba-lomba memproduksi acara komedi dan menggunakan talent komedian yang memang sedang naik daun. Tujuannya hanya satu, untuk mendapat keuntungan secara financial lewat rating yang tinggi dan iklan yang banyak.


Demam acara komedi juga berdampak pada penghasilan komedian tanah air. Pundi-pundi rupiah mampu mereka mereka raup dari kontrak acara-acara yang mereka pandu. Namum sayangnya, berkedok “semata-mata hanya ingin menghibur masyarakat” komedian dan pihak stasiun televisi seperti lupa pada pakem-pakem yang seharusnya diperhatikan pada setiap penayangan acara televisi. Paham “menghibur masyarakat” ini tidak disertai oleh program yang mendidik, padahal acara-acara tersebut ditayangkan di jam-jam prime time dimana anak-anak sekolah juga ikut menonton. Adegan lawakan kini tidak sebatas pada guyonan yang dilontarkan dari mulut saja, tetapi juga adegan kekerasan (meskipun di layar televisi tertulis bahwa ini adegan ini hanya hiburan semata dan menggunakan properti yang tidak berbahaya). Candaan yang keluar dari mulut para talent juga terkesan kasar karena merendahkan martabat lawan mainnya dan menghina secara fisik. Belakangan yang disorot oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah candaan (baik berupa perkataan dan tindakan) yang menyinggung orang/ kelompok tertentu.

Berikut adalah beberapa daftar candaan yang dipermasalahkan oleh KPI, diantaranya :
  1. Olga Syahputra
·         Pada tahun 2009 KPI pernah menegur Olga Syahputra lantaran latah mengucapkan kata yang berkonotasi porno, yakni alat kelamin pria. Meski tidak sengaja diucapkan karena latah, pihak KPI meminta Olga untuk mengontrol ucapannya saat memandu acara Dahsyat yang tayang di RCTI.

·         Banyolan Olga Syahputra tentang korban perkosaan di ulang tahun Trans Corp tahun lalu sempat membuat heboh pemberitaan nasional. Apalagi saat itu tengah marak kejahatan perkosaan di dalam angkutan umum. Kejadian bermula saat Olga sedang bercanda dengan Sule, Olga mengucapkan kalimat yang dianggap menyinggung korban perkosaan. "Olga, kenapa lu jadi suster ngesot," pancing Sule. "Sepele, diperkosa supir angkot," jawab Olga.

·         Dalam program Wayang Bandel yang ditayangkan Trans TV, Olga bermain bersama Jessica Iskandar, Ayu Dewi, dan Yadi Sembako. Para pemerannya mendapatkan protes dari umat Hindu lantaran dianggap melecehkan simbol agama mereka dengan kata-kata yang kasar dan visualisasi yang jauh dari nilai-nilai kepatutan.

·         Olga yang menjadi pemandu acara program Pesbukers di ANTV melontarkan kata-kata yang dianggap melecehkan ucapan salam umat Islam yakni “Assalamualaikum”.Ceritanya bermula saat Julia Perez sedang menerima telepon di studio. Julia Perez mengucapkan “Assalamualaikum”, namun Olga berkelakar dengan mengatakan,"Lu Assalamualaikum terus ah, kayak pengemis lu". Secara tidak langsung, Olga menyebut kalimat salam umat Islam tersebut sebagai ucapan pengemis.

  1. Tukul Arwana
·         Juni 2010. Bintang tamunya saat itu, Atika membaca basmallah saat akan minum wine. Minuman tersebut memang diharamkan di dalam Islam. Tak hanya itu, acara ini juga mendapat sorotan karena menghina pria tua berusia 140 tahun yang adalah petugas sensus penduduk tahun 2010 yang berasal dari kota Sukabumi, Jawa Barat.

Kasus yang saat ini tengah marak diperbincangkan adalah kasus yang menimpa komedian Olga Syahputra. Namun sangat disayangkan ketika ada fans berat Olga yang mengancam akan membunuh komisioner KPI terkait tuntutan KPI terhadap Olga Syahputra. Selain itu, yang harus menjadi perhatian para produser acara humor adalah jangan sampai celaan dan kekerasan yang ada di acara mereka di adopsi oleh anak-anak dan masyarakat untuk dijadikan bahan bercanda sehari-hari. Karena celaan dan kekerasan apapun bentuknya merupakan perbuatan yang tidak baik.

ANALISA KASUS
Analisa “Karakteristik Manusia Komunikan”

Dalam kasus Olga ini, terdapat hubungan antara psikologi dengan komunikasi antar individu. Bagaimana pesan dari seorang individu (dalam hal ini kelakuan dan perkataan Olga) yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Sehingga muncul beberapa ormas dan kalangan tertentu yang mengajukan protes ke KPI menyikapi candaan Olga yang dinilai tidak etis.

Dalam psikoanalisis, dijelaskan adanya super ego manusia yang merupakan hati nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakat. Seharusnya dengan adanya super ego, Olga tidak melontarkan candaan yang merendahkan sesama karena adanya norma kesantunan dan norma agama yang mengajarkan untuk saling menghormati antar manusia. Pada aliran Gestalt, dijelaskan bahwa manusia tidak memberikan respon kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sehingga dalam kaitannya dengan candaan Olga, beberapa orang memiliki penafsiran yang berbeda. Ada yang dengan tegas menolak (menyalahkan) Olga, namun ada yang mengatakan bahwa itu adalah faktor ketidaksengajaan. Manusia memang selalu dipengaruhi oleh naluri primitif, sehingga harus ada kontrol dari individu dalam berkomunikasi, apalagi jika di media massa.

Analisa “Komunikasi Massa”
Komunikasi interpersonal sebagai variabel intervening (perantara) antara media massa dengan perubahan perilaku. Hal inilah yang dikhawatirkan jika perilaku candaan yang kurang pantas ditiru oleh anak-anak dan masyarakat di kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu adanya peran yang saling melengkapi antara saluran media massa dan komunikasi interpersonal ketika seseorang memutuskan menerima atau menolak inovasi.

Media massa memiliki efek sosialisasi. Karena media massa adalah salah satu sumber tempat orang belajar tentang masyarakat sekitarnya, yakni mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain dalam tingkat interpersonal. Jika yang tersosialisasi adalah candaan yang tidak etis maka harus ada filter yang kuat baik dari rumah produksi/ stasiun telivisi maupun individu secara pribadi. Agar tidak mengadopsi hal-hal yang tidak seharusnya. Karena media berpengaruh besar kepada individu, harus dipahami benar sejauhmana pengaruhnya baik positif maupun negative. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa media berpengaruh besar terhadap individu misalnya kasus perkosaan yang dimuat di media massa merangsang orang yang menontonnya untuk juga melakukan kejahatan yang sama. Kasus cerita-cerita di film yang memberikan inspirasi pada penontonnya untuk meniru apa yang mereka lihat di film tersebut, dan masih banyak kasus lain yang menimbulkan kekhawatiran banyak pihak tentang bahaya media massa. Salah satunya yang sekarang sedang hangat diperbincangkan adalah candaan/ lawakan yang kurang pantas.

Komunikasi yang terjadi di media massa bias diartikan komunikasi publik. Komunikasi publik terjadi jika antara komunikator dan komunikan sulit terjadi komunikasi antarpersona. Kecil sekali kemungkinan untuk terjadi dialog. Pada situasi seperti ini, pesan komunikator harus bersifat emosional. Lebih-lebih jika komunikan heterogen atau beragam. Sulit untuk berinteraksi dengan pengisi acara di televisi, misal ingin berkomunikasi bisa lewat phone life jika disediakan, komentar melalui facebook dan twitter.

Sebenarnya pengaruh media juga tergantung dari daya kritis pemirsa. Daya kritis ini dipengaruhi tingkat pendidikan. Efek itu berbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber komunikasi. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki. Sejauh mana suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa. Hal ini akan sangat besar pengaruhnya ketika yang disindir adalah masalah keyakinan/ agama. Karena agama merupakan sesuatu yang mendasar pada kehidupan manusia.

Analisa “Atraksi Dalam Komunikasi Interpersonal”

     Faktor personal yang menyebabkan timbulnya atraksi komunikasi ini adalah adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama lain. Para pengisi acara memiliki kesamaan dalam sikap dan keyakinan bahwa candaan mereka tidak salah ketika harus menghina fisik orang lain. Mereka juga memiliki tujuan bekerja, mencari nafkah dan candaan mereka atas dasar tuntutan pekerjaan. Agar rating acara yang mereka pandu tetap di atas sehingga mereka tetap dipakai di program acara tersebut.

     Rating yang tinggi karena faktor pemirsa yang menyukai acara tersebut. Acara berbau komedi mampu mengocok perut pemirsa dan menghindarkan mereka dari strees. Hal ini didasari oleh faktor personal terhadap tekanan emosional. Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain semakin besar. Jadi meskipun sebenarnya acara komedi sekarang jauh dari pesan mendidik, pemirsa tetap menggemari karena faktor kelucuan yang mereka tawarkan.

    Kasus fans Olga yang sampai nekat mengancam membunuh komisionaris KPK ini dapat dijelaskan dengan berbagai analisa. Salah satunya adalah karena Olga memiliki kemampuan yang diakui oleh fansnya tersebut. Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya. Sehingga sang penggemar ini ingin melindungi idolanya apapun resikonya dan dengan berbagai cara. Karena diam-diam mereka juga memendam hasrat ingin terkenal dan kaya seperti idolanya.

  Ada  teori yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, Reinforcement theory. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning). Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya. Mungkin saja dengan melihat bahwa Olga adalah artis yang terkenal, kaya dan memiliki banyak idola, fans tersebut akhirnya mengagumi secara berlebihan dan bersedia membela Olga mati-matian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar