KASUS
Belakangan ini publik seperti disuguhkan oleh berbagai
kontroversi dalam komunikasi di media massa, khususnya pada media elektronik
tayangan televisi. Tayangan yang saat ini mendominasi adalah tayangan komedi
yang menyuguhkan candaan para talentnya yang mampu mengocok perut pemirsanya. Maraknya
tayangan yang berbau komedi ini tidak hanya murni acara lawak saja, tetapi juga
dalam acara talkshow dan acara musik yang dipandu oleh insan komedian. Sebut
saja acara musik Dahsyat yang dipandu oleh Olga Syahputra, acara talkshow Bukan
Empat Mata yang dipandu komedian Tukul
Arwana, acara talkshow Show Imah yang dipandu komedian Soimah, acara komedi
OVJ, acara komedi Pesbukers, dan lain sebagainya. Acara komedi tersebut memang
cukup menghibur jika dilihat dari perolehan rating yang tinggi, hal ini menunjukan bahwa pangsa pasar yang saat ini
sedang baik adalah adalah acara yang bernuansa komedi. Menyadari hal tersebut,
pihak stasiun telivisi berlomba-lomba memproduksi acara komedi dan menggunakan
talent komedian yang memang sedang naik daun. Tujuannya hanya satu, untuk
mendapat keuntungan secara financial lewat rating yang tinggi dan iklan yang
banyak.
Demam acara komedi juga berdampak pada penghasilan
komedian tanah air. Pundi-pundi rupiah mampu mereka mereka raup dari kontrak
acara-acara yang mereka pandu. Namum sayangnya, berkedok “semata-mata hanya
ingin menghibur masyarakat” komedian dan pihak stasiun televisi seperti lupa
pada pakem-pakem yang seharusnya diperhatikan pada setiap penayangan acara televisi.
Paham “menghibur masyarakat” ini tidak disertai oleh program yang mendidik,
padahal acara-acara tersebut ditayangkan di jam-jam prime time dimana anak-anak
sekolah juga ikut menonton. Adegan lawakan kini tidak sebatas pada guyonan yang
dilontarkan dari mulut saja, tetapi juga adegan kekerasan (meskipun di layar televisi
tertulis bahwa ini adegan ini hanya hiburan semata dan menggunakan properti
yang tidak berbahaya). Candaan yang keluar dari mulut para talent juga terkesan
kasar karena merendahkan martabat lawan mainnya dan menghina secara fisik.
Belakangan yang disorot oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah candaan
(baik berupa perkataan dan tindakan) yang menyinggung orang/ kelompok tertentu.
Berikut adalah beberapa daftar candaan yang
dipermasalahkan oleh KPI, diantaranya :
- Olga Syahputra
·
Pada tahun 2009 KPI pernah menegur Olga
Syahputra lantaran latah mengucapkan kata yang berkonotasi porno, yakni alat
kelamin pria. Meski tidak sengaja diucapkan karena latah, pihak KPI meminta
Olga untuk mengontrol ucapannya saat memandu acara Dahsyat yang tayang di RCTI.
·
Banyolan Olga Syahputra tentang korban perkosaan
di ulang tahun Trans Corp tahun lalu sempat membuat heboh pemberitaan nasional.
Apalagi saat itu tengah marak kejahatan perkosaan di dalam angkutan umum.
Kejadian bermula saat Olga sedang bercanda dengan Sule, Olga mengucapkan
kalimat yang dianggap menyinggung korban perkosaan. "Olga, kenapa lu jadi suster ngesot," pancing Sule.
"Sepele, diperkosa supir angkot," jawab Olga.
·
Dalam program Wayang Bandel yang ditayangkan
Trans TV, Olga bermain bersama Jessica Iskandar, Ayu Dewi, dan Yadi Sembako.
Para pemerannya mendapatkan protes dari umat Hindu lantaran dianggap melecehkan
simbol agama mereka dengan kata-kata yang kasar dan visualisasi yang jauh dari
nilai-nilai kepatutan.
·
Olga yang menjadi pemandu acara program
Pesbukers di ANTV melontarkan kata-kata yang dianggap melecehkan ucapan salam
umat Islam yakni “Assalamualaikum”.Ceritanya bermula saat Julia Perez sedang
menerima telepon di studio. Julia Perez mengucapkan “Assalamualaikum”, namun
Olga berkelakar dengan mengatakan,"Lu
Assalamualaikum terus ah, kayak
pengemis lu". Secara tidak
langsung, Olga menyebut kalimat salam umat Islam tersebut sebagai ucapan
pengemis.
- Tukul Arwana
·
Juni 2010. Bintang tamunya saat itu, Atika
membaca basmallah saat akan minum wine. Minuman tersebut memang diharamkan di
dalam Islam. Tak hanya itu, acara ini juga mendapat sorotan karena menghina
pria tua berusia 140 tahun yang adalah petugas sensus penduduk tahun 2010 yang
berasal dari kota Sukabumi, Jawa Barat.
Kasus yang saat ini tengah marak diperbincangkan
adalah kasus yang menimpa komedian Olga Syahputra. Namun sangat disayangkan
ketika ada fans berat Olga yang mengancam akan membunuh komisioner KPI terkait
tuntutan KPI terhadap Olga Syahputra. Selain itu, yang harus menjadi perhatian
para produser acara humor adalah jangan sampai celaan dan kekerasan yang ada di
acara mereka di adopsi oleh anak-anak dan masyarakat untuk dijadikan bahan
bercanda sehari-hari. Karena celaan dan kekerasan apapun bentuknya merupakan
perbuatan yang tidak baik.
ANALISA KASUS
Analisa “Karakteristik Manusia
Komunikan”
Dalam kasus Olga ini, terdapat hubungan antara
psikologi dengan komunikasi antar individu. Bagaimana pesan dari seorang
individu (dalam hal ini kelakuan dan perkataan Olga) yang menimbulkan respon
pada individu lainnya. Sehingga muncul beberapa ormas dan kalangan tertentu
yang mengajukan protes ke KPI menyikapi candaan Olga yang dinilai tidak etis.
Dalam psikoanalisis, dijelaskan adanya super ego
manusia yang merupakan hati nurani yang merupakan internalisasi dari
norma-norma sosial dan kultural masyarakat. Seharusnya dengan adanya super ego,
Olga tidak melontarkan candaan yang merendahkan sesama karena adanya norma
kesantunan dan norma agama yang mengajarkan untuk saling menghormati antar
manusia. Pada aliran Gestalt, dijelaskan bahwa manusia tidak memberikan
respon kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang
menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sehingga dalam kaitannya dengan
candaan Olga, beberapa orang memiliki penafsiran yang berbeda. Ada yang dengan
tegas menolak (menyalahkan) Olga, namun ada yang mengatakan bahwa itu adalah
faktor ketidaksengajaan. Manusia memang selalu dipengaruhi oleh naluri
primitif, sehingga harus ada kontrol dari individu dalam berkomunikasi, apalagi
jika di media massa.
Analisa “Komunikasi Massa”
Komunikasi interpersonal sebagai variabel intervening
(perantara) antara media massa dengan perubahan perilaku. Hal inilah yang
dikhawatirkan jika perilaku candaan yang kurang pantas ditiru oleh anak-anak
dan masyarakat di kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu adanya peran yang saling
melengkapi antara saluran media massa dan komunikasi interpersonal ketika
seseorang memutuskan menerima atau menolak inovasi.
Media massa memiliki efek sosialisasi. Karena media
massa adalah salah satu sumber tempat orang belajar tentang masyarakat
sekitarnya, yakni mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain dalam
tingkat interpersonal. Jika yang tersosialisasi adalah candaan yang tidak etis
maka harus ada filter yang kuat baik dari rumah produksi/ stasiun telivisi
maupun individu secara pribadi. Agar tidak mengadopsi hal-hal yang tidak
seharusnya. Karena media berpengaruh besar kepada individu, harus dipahami
benar sejauhmana pengaruhnya baik positif maupun negative. Banyak kasus yang
menunjukkan bahwa media berpengaruh besar terhadap individu misalnya kasus
perkosaan yang dimuat di media massa merangsang orang yang menontonnya untuk
juga melakukan kejahatan yang sama. Kasus cerita-cerita di film yang memberikan
inspirasi pada penontonnya untuk meniru apa yang mereka lihat di film tersebut,
dan masih banyak kasus lain yang menimbulkan kekhawatiran banyak pihak tentang
bahaya media massa. Salah satunya yang sekarang sedang hangat diperbincangkan
adalah candaan/ lawakan yang kurang pantas.
Komunikasi yang terjadi di media massa bias diartikan
komunikasi publik. Komunikasi publik terjadi jika antara komunikator dan
komunikan sulit terjadi komunikasi antarpersona. Kecil sekali kemungkinan untuk
terjadi dialog. Pada situasi seperti ini, pesan komunikator harus bersifat
emosional. Lebih-lebih jika komunikan heterogen atau beragam. Sulit untuk
berinteraksi dengan pengisi acara di televisi, misal ingin berkomunikasi bisa
lewat phone life jika disediakan, komentar melalui facebook dan twitter.
Sebenarnya pengaruh media juga tergantung dari daya
kritis pemirsa. Daya kritis ini dipengaruhi tingkat pendidikan. Efek itu
berbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap sumber
komunikasi. Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan
perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki. Sejauh mana
suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan mempengaruhi kemungkinan
pengaruh media massa. Hal ini akan sangat besar pengaruhnya ketika yang
disindir adalah masalah keyakinan/ agama. Karena agama merupakan sesuatu yang
mendasar pada kehidupan manusia.
Analisa “Atraksi Dalam Komunikasi
Interpersonal”
Faktor personal yang
menyebabkan timbulnya atraksi komunikasi ini adalah adanya kesamaan dalam
nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi,
dan lain-lain. Mereka yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai
satu sama lain. Para pengisi acara memiliki kesamaan dalam sikap dan keyakinan
bahwa candaan mereka tidak salah ketika harus menghina fisik orang lain. Mereka
juga memiliki tujuan bekerja, mencari nafkah dan candaan mereka atas dasar
tuntutan pekerjaan. Agar rating acara yang mereka pandu tetap di atas sehingga
mereka tetap dipakai di program acara tersebut.
Rating yang tinggi
karena faktor pemirsa yang menyukai acara tersebut. Acara berbau komedi mampu
mengocok perut pemirsa dan menghindarkan mereka dari strees. Hal ini didasari
oleh faktor personal terhadap tekanan emosional. Orang yang berada di bawah
tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain akan menginginkan
kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan untuk menyukai
orang lain semakin besar. Jadi meskipun sebenarnya acara komedi sekarang jauh
dari pesan mendidik, pemirsa tetap menggemari karena faktor kelucuan yang
mereka tawarkan.
Kasus fans Olga yang
sampai nekat mengancam membunuh komisionaris KPK ini dapat dijelaskan dengan
berbagai analisa. Salah satunya adalah karena Olga memiliki kemampuan yang
diakui oleh fansnya tersebut. Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih
menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil
dalam kehidupannya daripada dirinya. Sehingga sang penggemar ini ingin
melindungi idolanya apapun resikonya dan dengan berbagai cara. Karena diam-diam
mereka juga memendam hasrat ingin terkenal dan kaya seperti idolanya.
Ada teori yang menjelaskan mengapa kita menyukai
orang lain, Reinforcement theory. Teori ini menjelaskan bahwa seseorang
menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar (learning).
Kita cenderung lebih menyukai orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang
lain tau oleh lingkungan sosial dan sebaliknya. Mungkin saja dengan melihat
bahwa Olga adalah artis yang terkenal, kaya dan memiliki banyak idola, fans
tersebut akhirnya mengagumi secara berlebihan dan bersedia membela Olga
mati-matian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar