Komedi
dengan unsur slapstick seperti saling dorong, saling hina, dan saling pukul
sepertinya masih akan bertahan beberapa lama lagi di kancah pertelevisian tanah
air. Hal ini tidak dapat dielakkan melihat antusiasme publik terhadap komedi
slapstick. Terbukti dengan survey yang diadakan oleh MarkPlus dengan hasil
sebagai berikut, dalam dunia pertelevisian dan radio unsur komedi slapstick
memang termasuk faktor penting untuk menggaet segmen anak muda, tema lain yang
disukai anak muda antara lain roman asmara dan sosial politik. Topik yang
dianggap menarik sebagai bahan perbincangan oleh remaja SMA dan mahasiswa adalah
roman asmara dan hal-hal lucu (dijawab oleh 66% responden), sementara hampir
tiga perempat atau 72% pekerja muda menjawab topik sosial politik dan hal-hal
lucu. Ini berarti hal-hal lucu mampu menggaet semua segmen umur (Hasanudin,
2011: 105).
Media
massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan, dan
saluran hiburan, namun kenyataannya media massa tidak memberi efektif lain
diluar fungsi yang dijalankannya tersebut. Efek media massa tidak hanya
mempengaruhi sikap tetapi juga dapat mempengaruhi perilaku, bahkan mempengaruhi
sistem sosial budaya di masyarakat. Denis McQuail menjelaskan bahwa efek media
massa memiliki typology yang terdiri
dari empat bagian (Bungin, 2009: 321-322):
1. Efek
media massa yang direncanakan, yaitu efek yang diharapkan terjadi baik oleh
media massa sendiri maupun orang yang menggunakan media massa untuk keperluan
menyebarkan informasi.
2. Efek
media massa yang tidak direncanakan, yaitu efek yang benar-benar di luar
kontrol media massa itu sendiri.
3. Efek
media massa yang terjadi dalam waktu pendek namun cepat, instan, dan keras
mempengaruhi seseorang atau masyarakat.
4. Efek
media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga mempengaruhi
sikap-sikap adopsi inovasi, Kontrol sosial, dan perubahan budaya.
Efek
media dalam hubungannya dengan anak-anak dan remaja dapat dipelajari melalui
teori pembelajaran sosial. Dimana teori ini memiliki penerapan umum untuk
mensosialisasikan efek media dan adopsi dari berbagai model tindakan (McQuail, 2011: 252). Teori ini berlaku bagi perilaku
secara langsung yang dilambangkan secara simbolik. Media massa memainkan peran
sosialisasi awal pada anak-anak. Media massa dapat mengajarkan norma dan nilai
melalui imbalan dan hukuman simbolik untuk berbagai jenis perilaku seperti yang
disajikan oleh media massa. Misalnya saja ketika anak-anak suka menonton komedi
pesbukers, disana digambarkan pemainnya sering melempar/ memasukan benda
(rumput) yang bukan makanan ke mulut pemain lain saat tertawa. Bisa saja
anak-anak akan melakukan hal yang sama terhadap temannya di sekolah.
Media
massa berkontribusi terhadap perubahan sosial dan budaya karena media massa
memiliki kapabilitas untuk menggambarkan situasi, menyediakan kerangka rujukan,
dan menyebarkan citra dari kelompok-kelompok sosial. Media massa mampu
membentuk ingatan kolektif dari suatu masyarakat. Berkaitan dengan komedi
slapstick, media massa mampu membentuk ingatan di benak masyarakat. Misal dalam
komedi Keluarga Minus, Minus yang merupakan suku Papua digambarkan memiliki
kepribadian yang konyol dan lambat dalam berfikir, hal ini bisa menjadi
stereotype di masyarakat tentang kepribadian orang papua.
Kekerasan
dalam televisi yang berkaitan dengan komedi slapstick ini merupakan
penggambaran kekerasan secara terbuka dari ancaman kekerasan fisik. Wilson et
al menyebutkan empat jenis dan kejadian kekerasan televisi (McQuail, 2011: 129):
- Kekerasan dalam televisi berkontribusi pada efek anti sosial pada pemirsanya. Dalam kasus komedi slapstick, pada acara Suami-Suami Takut Istri misalnya diceritakan bahwa pasangan suku padang suka berhutang pada tetangga dan pelit berbagi, hal ini bisa saja menjadikan suku lain menggeneralisasikan bahwa suku padang memiliki sifat pelit dan suka berhutang sehingga malas bergaul dengan suku padang.
- Efek menonton kekerasan di televisi: 1) mempelajari sikap dan perilaku agresif, 2) tidak sensitif terhadap kekerasan, 3) meningkatkan ketakutan akan menjadi korban kekerasan. Dalam kasus komedi slapstick, pada acara Bukan Empat Mata, Tukul selaku host suka menghina kekurangan fisik orang lain. Hal ini menyebabkan khalayak/ pemirsa tidak peka dan menganggap menghina fisik sebagai bahan bercandaan sah-sah saja. Dalam acara musik Dahsyat, ketika salah satu host melihat celah untuk menghina host lain (terutama berkaitan dengan masalah pribadi/ kekurangan yang di olok-olok), maka dengan cepat mereka akan menjadikan teman hostnya sebagai bahan ledekan. Contoh ketika ada pertandingan tinju dan Raffi Ahmad datang melihat dengan Yuni Shara, secara spontan Olga Syahputra mengatakan jika yang lain datang dengan pasangan tetapi Raffi Ahmad dating dengan Ibunya (Mak-mak). Keagresifitas Olga ini akan dipelajari/ ditiru oleh pemirsa yang menyaksikan acara, bahwa sikap menghina teman di depan publik menjadi sah ketika itu untuk bahan bercandaan/ mencairkan suasana.
- Tidak semua kekerasan menampilkan derajat efek yang sama. Misalnya dalam acara komedi kekerasan saling pukul dengan steroafoam bisa dibilang tidak sakit, jika dibandingkan kekerasan pembunuhan dalam acara Buser.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar