Media massa khususnya televisi memiliki
pengaruh yang begitu besar terhadap perkembangan informasi yang ada di
masyarakat kita. Sebut saja mulai dari informasi politik, ekonomi, fashion, dan
lain sebagainya. Hal ini karena media televisi merupakan media yang paling
mudah diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengapa? Karena
sebagian besar masyarakat memiliki televisi di rumah, bahkan beberapa memiliki
lebih dari satu televisi di rumah. Selain itu di tempat-tempat umum seperti
ruang tunggu rumah sakit, loby perusahaan, dan lain sebagainya juga disediakan
fasilitas televisi.
Mengetahui dan mencerna informasi
melalui televisi lebih mudah dibanding jika membaca Koran atau majalah. Ketika
membaca Koran pembaca dituntut untuk membaca dengan runtut dan mencerna isi
berita tersebut. Berbeda Koran/ majalah berbeda pula bahasa dalam memaparkan
suatu berita/ informasi. Audiens
cukup mendengarkan berita dan menonton ilustrasi yang ditayangkan untuk
menangkap sebuah informasi. Perpaduan antara audio dan visual yang ada pada
televisi tentu lebih menarik daripada membaca Koran. Belum lagi seseorang harus
membeli Koran/ majalah agar bisa mengupdate informasi didalamnya, tentunya
harus menyediakan budget tersendiri. Berbeda dengan televisi, biaya membayar
listrik sudah menjadi satu dengan alat elektronik lain (lampu, kulkas, dan lain
sebaginya) sehingga tidak dirasa berat.
Masyarakat juga bisa mengakses informasi
secara online, namun tidak semua masyarakat Indonesia dapat menggunakan internet.
Mulai dari terbatasnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan internet,
ketersediaan atau kepemilikan sarana mengakses internet sampai pada biaya yang
dibutuhkan untuk mengakses internet. Sehingga dipilihlah televisi sebagai
sarana yang paling dapat dijangkau oleh masyarakat.
Televisi tidak hanya digunakan sebagai
media untuk memperoleh informasi dan berita, tetapi juga sebagai sarana
hiburan. Banyaknya jumlah stasiun tv menghadirkan beragam pilihan bagi
pemirsanya. Spesialisasi stasiun tv menjadi ciri khas mereka dalam menggaet
jumlah audiens. Seperti Global TV yang memiliki segmen anak muda, RCTI yang
menonjol dengan sinetron dan infotainmentnya menyasar ibu-ibu, Metro TV dan TV
One dengan tayangan berita lebih disukai kaum terpelajar. Dari berbagai
tayangan yang disajikan, salah satu tayangan yang banyak diminati adalah
tayangan bernuansa komedi, baik tayangan lawak murni maupun acara yang dipandu
pelawak dengan gaya membwakan acara yang kocak.
Acara bernuansa komedi inilah yang
menjadi primadona saat ini. Bagaimana tidak hampir setiap stasiun televisi
menayangkan acara semacam ini. Namun konten dalam acara komedi ini seringkali
dianggap kurang tepat, karena minim nilai edukasi dan sering melanggar norma
kesopanan. Acara komedi saat ini terkesan monoton dengan ciri yang sama di
setiap stasiun televisi. Seperti menghina kekurangan fisik lawan main, memukul
dengan sterofoam, mendorong pemain sampai jatuh menabrak property lunak,
memasukan benda yang bukan makanan ke mulut pemain lain, dan lain sebagainya.
Komedi ini disebut komedi slapstick,
komedi yang terkenal pada tahun 1920an ini menyajikan guyonan yang bertolak
belakang dengan pribadi bangsa kita. Sebagai bangsa yang menjunjung norma
kesopanan, komedi slapstick tidak tepat jika ditayangkan di televisi tanah air.
Komedi slapstick sebenarnya bukan merupakan budaya asli Indonesia. Dalam budaya
Indonesia hiburan biasa disuguhkan dalam wayang, ludruk, tarian, dan lain
sebagainya. Komedi slapstick tidak hanya sebatas dinikmati dalam acara
televisi, namun juga diadopsi dalam kehidupan sehari-hari. Audiens cenderung
menirukan/ mengcopy-paste apa yang disiarkan di media massa (baik itu fashion,
tingkah laku, tutur kata, dan lain sebagainya). Ucapan-ucapan yang dianggap
lucu namun sejatinya merendahkan martabat orang lain inilah yang dikhawatirkan
akan merusak sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar